JAKARTA, iNews.id - Muhammadiyah mengimbau masyarakat untuk saling menghormati perbedaan tersebut di tengah potensi perbedaan penetapan awal Ramadan 1445 Hijriah. Perbedaan dinilai hal yang biasa di masyarakat.
"Perbedaan itu selalu ada di tiap segi apapun dalam kehidupan manusia, juga terjadi dalam pemahaman agama. Perbedaan awal atau akhir Ramadan sudah sering terjadi untuk itu saya yakin masyarakat sudah terbiasa," kata Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad, Minggu (25/2/2024).
Sebelumnya, PP Muhammadiyah melalui Lembaga Tarjih dan Tajdid telah menetapkan 1 Ramadan 1445 Hijriah jatuh pada Senin 11 Maret 2024. Sementara, BMKG memprediksi awal Ramadan berpotensi berbeda di beberapa wilayah Indonesia.
Dadang menegaskan, perbedaan ini bukan masalah baru dan masyarakat sudah terbiasa dengan situasi ini. Ia mengajak semua pihak untuk saling menghormati dan fokus pada ibadah Ramadan.
"Ya saling menghormati perbedaan tersebut. Selamat menunaikan ibadah puasa," kata Dadang.
Perbedaan penetapan awal Ramadan memang kerap terjadi di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh perbedaan metode yang digunakan dalam menentukan awal bulan Hijriah.
Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal, yang berarti awal bulan baru ditetapkan berdasarkan perhitungan astronomis. Sementara, pemerintah Indonesia menggunakan metode rukyat, yang berarti awal bulan baru ditetapkan berdasarkan pengamatan hilal di langit.