Di Muhammadiyah sendiri, kata Haedar, pendidikan yang adaptif untuk generasi milenial sudah mulai dijalankan melalui dua sistem pengajaran, yaitu sekolah umum maupun agama dan madrasah diniyah. Kedua sistem tersebut lalu dikombinasikan dengan kurikulum yang terintegrasi.
Haedar menuturkan, Muhammadiyah mempunyai konsentrasi pendidikan yang holistik dengan mengintegrasikan pendidikan sekolah, masyarakat, dan keluarga. Dalam lingkungan masyarakat, pusatnya ada di masjid dan madrasah.
Wakil Ketua Umum DMI Komjen Pol Syafruddin berpendapat, masalah radikalisme dan terorisme menjadi bagian dari ancaman generasi hari ini. Karena itu, dia menegaskan perlunya penanggulangan kedua masalah itu dengan mengembangkan potensi masjid yang dimiliki umat.
“Ada 800.000 lebih masjid di Indonesia. Dapat dibayangkan jika masjid-masjid itu dimanfaatkan sebagai pusat pemberdayaan umat, tentunya dapat mengatasi kesenjangan ekonomi dan sosial yang selama ini masih menjadi embrio radikalisme,” kata Syafruddin.