JAKARTA, iNews.id – Persaudaraan Alumni (PA) 212 menyampaikan kronologi keberadaan Sekretaris Umum (Sekum) PA 212 Bernard Abdul Jabbar di Masjid al-Falah, Pejompongan, Jakarta Pusat, pada saat terjadinya aksi demonstrasi pada akhir September lalu. Masjid al-Falah disebut-sebut sebagai lokasi tempat penganiayaan dan penculikan terhadap relawan sekaligus buzzer Jokowi, Ninoy Karundeng.
Ketua Umum DPP PA 212, Slamet Ma’arif menuturkan, pada siang sampai sore saat hari kejadian, Bernard sedang berobat ke klinik Dokter Solihin di wilayah Rawa Lumbu, Bekasi, Jawa Barat. Saat Bernard pulang ke rumah, dia mendapat informasi bahwa anaknya ikut aksi bersama mahasiswa di sekitar Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
“Sehingga, Ustaz Bernard dan istri jam 19.00 WIB mencari anaknya ke arah Senayan. Di tengah jalan, ada info banyak korban mahasiswa dan pelajar di Masjid al-Falah sehingga Ustaz Bernard dan istrinya menuju masjid al-Falah karena di mobil ada peralatan medis P3K seperti perban, Betadine, oksigen, dan lain-lain,” ujar Slamet di Sekretariat DPP PA 212, Jakarta Timur, Rabu (9/10/2019).
Setelah tiba di Masjid al-Falah, kata Slamet, Bernard dan istri langsung membantu para korban dengan peralatan P3K yang mereka bawa. Saat sedang membantu korban, tiba-tiba Bernard mendengar ada keributan terduga penyusup yang dihakimi massa.
“Spontan Ustaz Bernard menyelamatkan dan melindungi yang diduga penyusup bernama ‘Ninoy’ dari amukan massa. Bahkan, (Bernard)menasihati untuk jangan keluar dulu karena berbahaya. Sebab, di luar massa masih marah,” kata dia.
“Ninoy berterima kasih pada Ustaz Bernard bahkan mencium tangan Ustaz Bernard. Setelah itu Ninoy diajak duduk dan istirahat dengan kondisi aman,” ucap Slamet.
Setelah kondisi aman, kata dia, Bernard baru kembali ke kediamannya sekitar pukul 03.00 dini hari WIB. Dengan penjelasan itu, Slamet menegaskan bahwa Bernard sama sekali tidak mempersekusi Ninoy. “Jadi, Ustaz bernard menyelamatkan Ninoy, bukan mempersekusi Ninoy,” tuturnya.