“Poin penting yang disampaikan oleh Pak Pratik, bahwa bangsa besar itu adalah bangsa yang mengingat dan mempelajari sejarahnya,” kata Erick.
Bahkan, Erick yang juga menyempatkan untuk melihat arsip-arsip kenegaraan terutama kegiatan Presiden pertama, yakni Soekarno saat pemberantasan buta huruf, masih valid sampai saat ini.
“Kalau kita lihat pameran hari ini, saya tadi juga diajak Pak Pratik ke belakang, tentu ini sesuatu yang memberikan inspirasi sendiri di mana ketika founding fathers kita bapak Ir Soekarno mendorong pemberantasan buta-buta huruf, ada foto-fotonya,” ujar dia.
Dulu, kata Erick, Indonesia menghadapi buta huruf. Namun, saat ini harus beradaptasi dengan era digital sehingga tidak membutakan.
“Kalau dulu buta huruf, hari ini dunia digital yang bisa nanti kalau kita tidak beradaptasi membutakan kita. Karena di era digitalisasi ini akan terjadi perubahan besar-besaran yang namanya lapangan kerjaan ataupun kesempatan usaha. Kalaupun kita tidak beradaptasi sebagai bangsa akhirnya kita akan menjadi bangsa yang tertinggal,” tutur dia.