"Kalau pakai audio, nanti ada anechoic chamber efek. Saya mendengarkan suara saya sendiri, sama seperti anda (Pangeran Mangkubumi) katakan tadi, anda minta supaya kita mendengarkan detak jantung," kata Rocky.
Menurut Rocky, analogi yang dibuat oleh Pangeran sebenarnya merupakan sebuah kekacauan yang dibuat penguasa pada rezim saat itu.
"Jadi kekacauan itu terjadi justru karena anechoic chamber dibuat sendiri oleh kalangan istana. Istana siapa? Ya istana Jokowi pada waktu itu," ucap Rocky.
Dia menyampaikan, usulan dari para purnawirawan TNI terkait pemakzulan justru membuat publik merenungkan kembali kontribusi mereka terhadap bangsa. Namun, jika usulan pemakzulan justru dibahas banyak orang, itu menandakan ada sesuatu yang tidak beres di negeri ini.
"Kalau dia (purnawirawan) nggak ada gunanya, ngapain dibahas Tetapi kalau satu purnawirawan bicara, dan dua purnawirawan ikut, tiga purnawirawan ikut, lalu empat BEM ikut, lalu 500 emak-emak ikut, lalu jadi berita di New York Times, itu artinya ada sesuatu di negeri ini," katanya.