JAKARTA, iNews.id – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tak mempersoalkan penyelenggaraan Reuni Akbar 212 selama kegiatan tersebut menjadi ajang silaturahmi umat. Yang tak boleh terjadi adalah Reuni 212 diwarnai dengan ujaran kebencian, adu domba, dan menjadi arena politisasi agama.
Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU Robikin Emhas mengatakan, sebagai ajang silaturahmi, Reuni 212 tentu diperkenankan karena bagian dari upaya mempererat persaudaraan di antara sesama umat Islam (ukhuwah islamiyah). Menurut Robikin, silaturahmi merupakan perintah agama.
”Tentu hal itu harus dilakukan dengan tetap menjujung tinggi adab dan tata cara bersilaturahmi. Karena itu, tolong jaga ucapan dan tindakan, jaga ketertiban dan jangan mengungkapkan kalimat yang dapat dimaknai sebagai ujaran kebencian, serta jangan ada adu domba,” kata Robikin melalui keterangan tertulis yang diterima iNews.id, Kamis (29/11/2018).
Robikin mengingatkan, sebagai upaya memperkokoh ukhuwah islamiyah Reuni 212 juga tidak boleh diciderai dengan tindakan-tindakan yang berpotensi merusak harmoni sosial sebagai sesama warga negara (ukhuwah wathaniyah) maupun warga dunia dan sebagai sesama anak manusia (ukhuwah insaniyah).
Tiga matra persaudaraan (ukhuwah) tersebut harus berada dalam satu tarikan napas. Tidak boleh dipilah dan hanya diambil salah satunya.