JAKARTA, iNews.id, – Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei menempatkan pasangan capres dan cawapres 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin unggul atas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019. Rata-rata hasil quick count menunjukkan keunggulan dengan 54,58 persen.
Keunggulan Jokowi-Ma’ruf tidak berbeda jauh dari tiga skenario prediksi hasil pilpres yang disampaikan Alvara Research Center dua hari sebelum hari tenang, Jumat (12/4/2019). Ketiga skenario tersebut menunjukkan peluang besar Jokowi–Ma’ruf memenangi Pilpres 2019.
“Prediksi elektabilitas hasil akhir yang mendekati hasil quick count adalah 55,9 persen untuk Joko Widodo–KH Ma’ruf Amin dan 44,1 persen untuk Prabowo Subianto–Sandiaga Uno,” ujar CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali, Kamis (18/4/2019).
Menurut Hasan, ada tiga faktor kunci yang menjadi keunggulan Jokowi-Ma’ruf yakni basis pemilih Jawa, NU, dan minoritas.
Berbeda dengan Pilpres 2014 yang menunjukkan Jokowi unggul tipis di Pulau Jawa, pada Pilpres 2019 Jokowi–Ma’ruf unggul tebal di Jawa, kecuali Jawa Barat.
"Data survei Alvara Research Center pada Oktober–April 2019 juga menunjukkan elektabilitas Joko Widodo–KH Ma’ruf Amin selalu di atas 58 persen, bahkan mendekati 60 persen. Jawa benar-benar menjadi lumbung suara bagi pasangan Joko Widodo–KH Ma’ruf Amin," kata Hasan.
Keunggulan di Jawa menjadi sangat penting karena pemilih di pulau ini menyumbang 57,84 persen dari total pemilih nasional. Selain itu keunggulan Jokowi–Ma’ruf di Jawa menjadi kompensasi atas kekalahan di Sumatera yang semakin telak, dan di Sulawesi yang persaingannya semakin ketat antar kedua kandidat.
Selain itu, tutur Hasan, mayoritas pemilih Indonesia yang merupakan muslim membuat populisme agama dengan politik identitas pada Pilgub DKI Jakarta seakan terulang kembali pada Pilpres 2019 ini.
Analisis Alvara menunjukkan besarnya dukungan Nahdliyin kepada Jokowi–Ma’ruf merupakan salah satu faktor kunci dalam pilpres kali ini.
“Di saat pemilih Muhammadiyah memberikan dukungan yang besar kepada pasangan Prabowo–Sandi dan ketatnya elektabilitas pada pemilih yang bukan anggota ormas, pemilih dari Nahdlatul Ulama menunjukkan soliditasnya hingga detik terakhir dalam mempertahankan keunggulan Jokowi–Ma’ruf," kata Hasan.
Menurutnya, hasil pilpres ini menunjukkan bahwa pemilihan Ma’ruf Amin sebagai cawapres mendampingi Joko Widodo sebagai strategi yang tepat dalam pertarungan Pilpres 2019m
Sumbangan suara Nahdiliyin bagi Jokowi–Ma’ruf bisa terlihat dari besarnya elektabilitas pasangan ini di Jawa Timur dan Jawa Tengah. “Pemilih Nahdliyin mayoritas berasal dari dua provinsi ini,” ujar Hasan.
Basis pemilih ketiga yakni kelompok pemilih minoritas yang solid. Menurutnya, hasil quick count di provinsi-provinsi Indonesia timur seperti Bali, NTT, Sulut, Papua menunjukkan margin keunggulan yang sangat tebal bagi Jokowi-Ma’ruf.
Pemilih Milenial
Lantas, kemanakah suara kelompok milenial berlabuh? Hasan mengatakan, pemilih muda merupakan komposisi pemilih terbesar di Indonesia pada Pilpres 2019. Sebanyak 44,48 persen pemilih berusia 17–36 tahun.