Dedi mengatakan sulit untuk membawa pemilih muda ke ranah yang valid. Hal itu lantaran pemuda tidak stabil dalam isu-isu politik.
"Mereka akan menyukai hal-hal yang sifatnya kontestasi, ikut meramaikan dalam hal festival, kampanye, dalam hal bisa digiring untuk membentuk opini publik termasuk juga bisa meramaikan di medsos," kata Dedi.
Dedi menyebutkan, keramaian yang diikuti kalangan pemuda hanya sebatas prakontestasi. Para anak muda cenderung enggan untuk ikut andil dalam kontestasi yang sesungguhnya.
"Akan banyak anak-anak muda yang terlibat dalam kampanye-kampanye politik, diskusi-diskusi politik, memasukkan perdebatan-perdebatan politik di media sosial dan tempat lain, tetapi dalam proses yang valid ketika ada pemilihan datang ke TPS (tempat pengambilan suara) itu tidak menjanjikan," ucap Dedi.