Menurut Angkie, mereka justru tidak ingin orang lain melihat keterbatasan semata, tetapi dapat berfokus pada potensi yang dimiliki. "Kita tidak bisa membandingkan orang lain lebih hebat dari kita. Banggalah dengan diri kita sendiri," tuturnya.
Terlepas dari privilege yang dimiliki, maka semua orang harus berjuang, termasuk menerima kekurangan dan kelebihan dirinya sendiri. Sebab menurutnya, pemuda Indonesia dari dulu sampai saat ini sama berjuangnya, hanya saja akses informasi saat ini dengan dulu kala yang membedakannya.
Di era digital teknologi, lanjut Angkie, penyandang disabilitas juga memiliki tantangan yang besar. Hal itu karena pemuda saat ini harus memiliki mindset yang baik, seperti kemampuan menyelesaikan masalah, berpikir kritis dan kreatif, manajemen emosi yang baik, fleksibel, kemampuan negosiasi dan koordinasi, serta people management.
“Pemuda sekarang itu bukan palugada, ‘apa lu mau gua ada’. Makanya kita harus mau memiliki semua kemampuan tersebut, mampu berkolaborasi dan berkoordinasi,” ucapnya.
Melalui Gebyar Wawasan Kebangsaan, Lemhannas RI berharap dapat memberikan semangat kepada para pemuda yang tengah berjuang di masa kini untuk menggapai cita-cita. Kemudian, untuk tetap terus melakukan hal positif di tengah situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini.