Bahkan, menurut dia, kemunculan partai politik baru juga berpotensi menggerus suara Golkar. Dia mengakui, potensi bagi parpol baru tersebut jelas menjadi ancaman bagi Golkar. Terlebih lagi, citra partai tercoreng oleh banyaknya fungsionaris yang terjerat kasus hukum. Belum lagi beberapa kader Golkar di daerah yang menjadi tersangka kasus korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Citra buruk Partai Golkar muncul akibat beberapa fungsionarisnya terlibat masalah hukum," kata mantan Ketua DPR ini.
Faktor eksternal lainnya, Golkar juga akan menanggung efek negatif sebagai partai pendukung jika pemerintah lemah dan tidak berhasil. Golkar sebagai pendukung pemerintah ikut menanggung kegagalannya. Namun, jika pemerintah berhasil, masyarakat akan menganggap bukan karena Partai Golkar.
Terkait tantangan internal, Agung Laksono menyebutkan sistem kaderisasi jalan di tempat sejak 2009 lalu hingga sekarang. Karenanya, dia menekankan agar pengurus menyinergikan dan menyinkronkan semua kegiatan DPP, lembaga, badan, dan institusi lainnya di partai.
"Kaderisasi partai yang berjalan lambat sejak 2009 dan sejak 2014 hingga sekarang praktis tidak berjalan dan dapat menimbulkan krisis kader di masa depan," katanya.