Gus Hilmy juga mengatakan, pemerintah seharusnya sadar dan menjadikan media sebagai mitra agar program-programnya bisa tersosialisasi dengan baik dan lebih bisa dipahami oleh masyarakat sebagai pengguna. Dia melihat banyak sosialisasi yang dilakukan sendiri oleh kalangan pemerintah, lembaga dan kementerian, justru kurang efektif dan berdaya guna.
"Kita harus melihat media dengan sebarannya, jangkauannya yang luas, sehingga pemerintah bisa memanfaatkan itu dengan sebaik-baiknya. Jadi oke efisiensi, tetapi efisiensi yang memang betul-betul didasarkan rasionalitas dan daya guna. Kalau kemudian melalui sosialisasi lewat media itu bisa lebih efektif, lebih merata, kenapa tidak dilakukan lewat media massa," katanya.
Di sisi lain, Gus Hilmy mendorong industri media untuk tidak sepenuhnya bergantung pada iklan, melainkan menggali peluang-peluang usaha atau diversifikasi usaha. Selain itu, memperbanyak kolaborasi dengan berbagai komunitas, kampus, pesantren, bahkan pelaku UMKM untuk menciptakan ekosistem konten yang edukatif dan produktif.
Dia pun mengingatkan pentingnya media untuk menjaga independensi dan tetap kritis. Media harus tetap menjadi ruang penyampai informasi yang jujur, bukan sekadar corong kekuasaan atau alat propaganda. Media harus tetap menyajikan pemberitaan-pemberitaan yang berani, cerdas, lebih kuat dan terperinci kepada masyarakat, apa adanya dan dengan analisis-analisis tajam.
"Bukan berita yang sekadar kabar saja, tidak ada isinya, tidak ada konten yang kemudian menarik hati para pembaca. Media jangan menutup-nutupi apa yang terjadi. Misalnya saja mengenai ledakan di Garut, media perlu memberitakan apakah memang prosedur peledakan itu dipenuhi atau tidak sehingga publik tahu apa yang terjadi sebenarnya," kata Gus Hilmy.