JAKARTA, iNews.id - Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019 akan diikuti oleh tiga pasangan calon ditandai terbentuknya poros ketiga. Prediksi tersebut berdasarkan peta politik saat ini di mana sejumlah partai politik (parpol) belum mendeklarasikan dukungan karena tarik-menarik kepentingan.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, masing-masing parpol terkesan menginginkan tokoh yang mereka usung duduk sebagai cawapres bersama Joko Widodo (Jokowi) maupun Prabowo Subianto.
"Kemungkinan lain, ada juga yang masih menginginkan Prabowo legowo hanya sebagai king maker. Kelompok ini sepertinya melihat peluang Gatot Nurmantyo mengalahkan Jokowi lebih besar," ujar Pangi dalam keterangan persnya, Senin (7/5/2018).
Alasan lain kemungkinan poros ketiga akan terbentuk, karena partai yang tidak mendukung Jokowi maupun Prabowo masih melihat ada keuntungan besar jika mengusung calon presiden sendiri. Faktornya, kata dia modal yang diperlukan tidak begitu besar dan poros ketiga cukup menyiapkan anggaran satu putaran, karena kemungkinan yang melaju ke putaran kedua Jokowi dan Prabowo.
"Keuntungan lain, daya tawar parpol pendukung poros ketiga juga akan lebih tinggi di putaran kedua. Dua poros yang berlaga diyakini bakal berupaya meraih dukungan sebesar-besarnya," ucapnya.
Menurutnya, Pilpres 2019 akan berlangsung dua putaran jika poros ketiga mengusung Gatot Nurmantyo. Selain itu ada kecenderungan pemilih jenuh jika capres yang maju di Pilpres 2019 hanya pertarungan Jokowi dan Prabowo, seperti yang terjadi di Pilpres 2014, ketika muncul nama baru seperti Gatot, besar kemungkinan suara akan terpecah.
"Dua kelompok anti-Jokowi yang bersatu di putaran kedua kemungkinan secara massif akan mengampanyekan mantan Wali Kota Surakarta itu gagal menciptakan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan yang dilakukan selama ini tidak dirasakan secara langsung oleh masyarakat," katanya.