Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD, membeberkan adanya dugaan mark up besar-besaran pada proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh. Menurutnya, lonjakan biaya itu tidak wajar karena mencapai hingga tiga kali lipat dari standar pembangunan di negara lain.
Mahfud menjelaskan bahwa biaya pembangunan kereta cepat di China hanya sekitar 17 juta dolar AS per kilometer (km). Namun, saat proyek serupa dikerjakan di Indonesia, biayanya melonjak menjadi 52 juta dolar AS per km.
“Ada dugaan mark up. Dugaan mark up-nya begini, itu harus diperiksa uang lari ke mana. Menurut perhitungan pihak Indonesia, biaya per 1 kilometer kereta Whoosh itu 52 juta dolar AS, tapi di China sendiri, hitungannya 17–18 juta dolar AS. Naik tiga kali lipat,” ujar Mahfud dalam video yang diunggah di kanal YouTube Mahfud MD Official, dikutip Jumat (17/10/2025).
Mahfud kemudian mempertanyakan ke mana selisih dana yang begitu besar itu mengalir.
“Ini siapa yang menaikkan? Uangnya ke mana? Naik tiga kali lipat. 17 juta dolar AS ya, dolar Amerika nih, bukan rupiah, per kilometernya menjadi 52 (juta dolar AS) di Indonesia,” katanya.
Pernyataan Mahfud MD ini sontak memancing perhatian publik dan lembaga penegak hukum, termasuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ketua KPK Setyo Budiyanto menanggapi langsung tudingan tersebut dengan mengatakan bahwa KPK memerlukan data dan dokumen pendukung agar dapat menindaklanjutinya secara resmi.
“Kalau Pak Mahfud menyampaikan seperti itu ya mudah-mudahan ada informasi, ada data dan dokumen yang bisa mendukung kejelasan dari yang disampaikan,” ujar Setyo saat ditemui di Jakarta, Kamis (16/10/2025).
Ia menambahkan bahwa KPK sejauh ini belum menerima informasi resmi yang serupa dengan pernyataan Mahfud. Oleh karena itu, langkah lanjutan masih menunggu keputusan Mahfud apakah bersedia menyerahkan bukti atau dokumen yang dimaksud.
“Saya yakin beliau mungkin punya (dokumen pendukung), tinggal nanti apakah beliau mau menyerahkan atau apa, tergantung dari beliau,” tambah Setyo.
Lebih lanjut, Setyo tidak secara tegas menyebut apakah KPK akan menjemput bola untuk meminta klarifikasi langsung kepada Mahfud. Menurutnya, setiap informasi yang masuk akan lebih dulu ditelaah oleh Kedeputian terkait di lembaga antirasuah itu.
“Ya biar ditelaah dulu di level kedeputiaan apa yang harus dilakukan dengan informasi tersebut,” tandasnya.
Dengan adanya pernyataan dari dua tokoh nasional ini, publik kini menyoroti transparansi dan akuntabilitas proyek Kereta Cepat Whoosh, yang sejak awal telah dikritik karena pembengkakan biaya dan perubahan skema kerja sama dari Jepang ke China.
Isu dugaan mark up ini menambah daftar panjang persoalan yang membayangi proyek transportasi berteknologi tinggi tersebut, yang awalnya digadang-gadang sebagai simbol kemajuan infrastruktur nasional.
Profil Agus Pambagio yang bongkar Whoosh adalah ide Jokowi kini menjadi pengingat bahwa proyek prestisius tanpa perhitungan matang bisa berubah menjadi beban berat bagi generasi berikutnya.