Purbaya menegaskan, Kemenkeu selalu memprioritaskan proposal investasi yang fokus pada peningkatan efisiensi dan pengurangan biaya (cost). Di sektor pupuk, Purbaya menyebut investasi untuk efisiensi sudah disetujui dan dinilai akan membaik.
Ia juga menyoroti potensi proyek Energi Terbarukan, khususnya PLTS, yang sempat ia diskusikan dengan Presiden dan Menteri ESDM.
Proyek besar senilai sekitar 79 miliar dolar AS tersebut, awalnya memiliki biaya tinggi (0,09 per kWh dolar AS), yang menurut Purbaya akan menambah beban subsidi listrik. Namun, setelah tim bekerja keras, biaya kini turun menjadi 0,06 per kWh dolar AS.
"Saya bilang kalau itu betul, matangkan, kita kalau perlu payment, payment. Karena pada akhirnya akan hilang subsidi yang terlalu besar untuk listrik," tegasnya.
Purbaya juga menyinggung kembali isu tunggakan pembayaran subsidi kepada BUMN. Ia mengaku memahami bahwa proses pembayaran yang lama (tiga hingga empat bulan) berdampak pada tingginya cost of capital perusahaan.
"Kan saya juga pernah di private sector kan. Saya ngerti juga itu cost of capital untuk perusahaannya jadi tinggi. Tapi saya baru lihat beberapa, satu minggu terakhirlah. Ke depan saya akan percepat, jangan sampai kita telat bayar lagi. Kalau bisa sebulan langsung bayar," janjinya.