"Saya kira ini penting sekali bagi sehatnya demokrasi di Tanah Air, kematangan, kedewasaan, dalam berdemokrasi kita," kata dia. Jokowi pun memandang bahwa Pemilu ini sebagai ajang dimana para paslon berkontestasi dari mulai gagasan, hasil kerja, prestasi, hingga rekam jejak.
"Jangan sampai kita dalam pilpres ini, kita memakai isu SARA lagi, kemudian cara-cara fitnah yang saya kira tidak mendewasakan, tidak mematangkan demokrasi kita," kata capres petahana ini.
Seperti diketahui, Ijtima Ulama II yang digelar GNPF Ulama resmi memberikan dukungan kepada Prabowo-Sandi. Keputusan itu diambil setelah Prabowo menandatangani Pakta Integritas yang berisi 17 poin. Dalam Ijtima Ulama II, Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab melalui rekaman suara menyerukan agar para ulama dan dai serta pengikutnya untuk menggelorakan dukungan ke pasangan bakal capres dan cawapres itu.
Rais Aam PBNU yang juga bakal cawapres pendamping Jokowi sebelumnya juga menilai dukungan itu sebagai hal yang wajar dalam kontestasi politik. Dukungan Ijtima Ulama II tidak membuat pasangan Jokowi-Ma'ruf khawatir. Sebab, mereka juga telah mendapatkan dukungan besar dari kiai dan ulama yang lain.
"Kan kiai-kiainya sudah kumpul di Jakarta, 400 kiai-kiai besar-besar seperti Abuya Muhtadi dari Banten, salah satu 400 itu mursyid, orang ahli ibadah, dia sudah memberikan dukungan pada Pak Jokowi dengan saya. Santri-santri biasanya ikut," ujar Ma'ruf.