Reshuffle Menteri Jokowi Dinilai Momentum yang Tepat untuk Rombak Kabinet

Irfan Ma'ruf
Presiden Jokowi memperkenalkan enam menteri baru di Istana Kepresidenan. (Foto: Setpres)

"Bu Risma kan habis di Februari. Saya optimis dengan cara kerjanya, dia bisa selesaikan persoalan di Kementerian Sosial, meski rangkap jabatan,” kata Saan.

Saan juga menyoroti Muhammad Luthfi yang menjadi Menteri Perdagangan. Menurut Saan, sektor perdagangan ini tantangan berat buat Indonesia di masa setelah pandemi. “Jadi jangan sampai setelah pandemi kita belum siap untuk melakukan pertumbuhan,” ujar Saan.

Pandangan lain juga disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia. Dia menyoroti Yaqut Choil Choumas yang dianggap tepat karena merepresentasikan Nahdlatul Ulama. “Pak Jokowi menjawab Nahdliyin. Menteri Agama dari NU,” katanya. 

Kemudian tentang Budi Gunadi Sadikin, menurutnya meski dianggap kurang pas sebagai Menteri Kesehatan namun mampu memberikan warna sendiri dalam penanganan pandemi. “Saat ini fase kedua dalam penanganan pandemi. Bila di fase pertama upayanya supaya tidak terular dan merawat. Sekarang fasenya adalah vaksinasi,” katanya.

Saat ini, kata Doli, tantangan vaksinasi tak bisa diatasi dalam setahun dua tahun. Untuk itu Budi Gunadi yang sebelumnya Wakil Menteri BUMN dan juga Wakil Ketua Percepatan Ekonomi dalam Penanganan Pandemi Covid-19 dianggap orang yang tepat. 

"Sehingga momentum untuk reshuffle ini tepat. Ada pandemi 10 bulan sudah kita jalani, ada fase vaksinasi, dan ada menteri yang mesti diisi," katanya.

Ketua Umum Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI) Eko Galgendu juga menilai sosok yang menjadi menteri saat ini orang-orang yang tepat. Namun sejumlah orang yang dipilih mesti menunjukkan ide revolusioner, supaya yang dilakukan merupakan terobosan untuk meningkatkan optimistis masyarakat terhadap Indonesia.

"Inilah gaya, memang karakter dan cara berpikir pak Jokowi. Beliau sebagai presiden kalau saya amati khususnya kelebihan beliau di dalam visi mengenai ekonomi negara ini," tutur Eko.

Eko mengibaratkan pemikiran Jokowi sebagai pembalap Formula 1 dengan kecepatan yang tinggi. Untuk bisa mengendarai dengan baik, maka pengendara itu tidak boleh terganggu karena harus konsentrasi. 

Sebab kecepatan yang tinggi itu perlu memiliki tim yang benar-benar akurat, cermat dan tepat. Sama halnya dengan menjalanlan pemerintahan harus tanggap menghadapi segala persoalan.

Editor : Reza Yunanto
Artikel Terkait
Nasional
5 jam lalu

Ketum Joman Andi Azwan Periksa Keaslian Ijazah Jokowi Pakai Aplikasi, Apa Hasilnya?  

Nasional
6 jam lalu

IPW: Hasil Labfor Ijazah Jokowi Harus Dianggap Benar sampai Dibuktikan Sebaliknya

Nasional
7 jam lalu

Roy Suryo Sebut Gelar Perkara Khusus Bongkar 2 Kebohongan soal Ijazah Jokowi, Apa Saja?

Nasional
20 jam lalu

Roy Suryo Ungkap Dalang Laporan Kasus Ijazah: Jokowi Kamu Itu Jahat Banget

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal