Sementara itu, posisi huruf “A” terakhir dalam kata “SARJANA” pada ketiga ijazah pembanding terlihat lebih ke kiri, masih dalam batas lingkaran logo. Sebaliknya, pada ijazah nomor 1120, huruf A tersebut tampak lebih ke kanan, hingga kedua kakinya huruf hampir terpisah dari logo.
"Posisi huruf A terakhir pada ketiga ijazah pembanding masih masuk ke dalam logo UGM. Tapi pada ijazah Jokowi, huruf A-nya lebih ke kanan, sehingga kedua kaki huruf A terlihat hampir terpisah dari logo UGM," kata Roy.
Menurut Roy, keseragaman posisi huruf pada ketiga ijazah pembanding menegaskan, tata letak desain pada periode itu memiliki konsistensi. Sementara ijazah nomor 1120 milik Jokowi secara desain tidak identik dengan template ijazah tahun tersebut.
"Ketiga ijazah pembanding ini identik, tapi berbeda signifikan dan tidak identik dengan Nomor 1120. Artinya, ijazah Jokowi tersebut sama sekali tidak identik dengan satu pun ijazah pembanding," ujarnya.
Roy menegaskan, temuan ini bukan berdasar spekulasi atau asumsi politik, melainkan dari observasi visual faktual yang bisa diuji siapa saja. "Bukti faktual dari perbandingan ini bisa dilihat pada lampiran foto keempat ijazah yang diperbandingkan secara faktual dan ilmiah," ujarnya.