Menurut Faizol Yuhri, Chairil Anwar berada di Karawang karena kondisi Jakarta saat itu sangat mencekam membuat banyak pejuang lari ke pinggiran Jakarta seperti Bekasi dan Karawang.
Chairil Anwar harus bolak balik Jakarta-Karawang menghindari tentara Belanda. Saat peristiwa Rawagede, Chairil Anwar berada di Karawang dan mengetahui peristiwa tersebut.
"Sebagian penduduk Rawagede melarikan diri hingga ke Karawang Kota dengan tempat tinggal Chairil Anwar," katanya.
Faizol Yuhri mengatakan, berdasarkan pengetahuannya saat itu memang tentara Belanda memang sedang mengamuk setelah 26 tentara sekutu dibunuh di Bekasi.
Sekutu kemudian membalasnya dengan penyerangan dan pembataian di kampung-kampung Bekasi. Selanjutnya ratusan tentara Belanda menyusup tengah malam dengan berjalan kaki menuju Rawagede.
Mereka menggedor-gedor tiap rumah dan menanyakan keberadaan Kapten Lukas Kustaryo dan pasukannya. Karena tidak ada satupun warga yang mengetahuinya akhirnya Belanda melakukan pembantaian di Rawagede.
"Kejadiannya antara Karawang dan Bekasi sehingga puisi beliau mungkin terinpirasi dari peperangan ini," katanya.
Dalam sejumlah literatur disebutkan jumlah korban dalam tragedi ini mencapai 431 orang. Pada 14 September 2011, Pengadilan Den Haag menyatakan pemerintah Belanda harus bertanggung jawab atas peristiwa itu dan membayar kompensasi bagi korban beserta keluarganya.