Dapat dibayangkan saat kesehatan mental dan kesejahteraan guru terganggu, hal itu juga akan mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan siswa. Setidaknya hal itu sudah pernah diungkap dalam Journal of Affective Disorders. Sarah Harding, dari Bristol Medical School di Inggris, mengukur kesejahteraan guru, gejala depresi dan presenteeism (bekerja ketika sakit atau tertekan secara fisik atau psikologis). Peneliti menemukan bahwa kesejahteraan guru yang lebih baik dan hubungan guru-siswa yang lebih baik dikaitkan dengan kesejahteraan siswa yang lebih baik dan tekanan psikologis siswa yang lebih rendah.
Kondisi ini tentu harus menjadi perhatian, sekali lagi mengingatkan bahwa untuk mengubah wajah pendidikan pertama yang diubah adalah gurunya, tidak hanya kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik dan profesionalnya, tapi juga dengan memperhatikan kesejahteraannya. Jika tidak, maka berapa pun jumlah episode kebijakan yang digulirkan, harapan mutu Pendidikan meningkat jauh pangang dari api.
Kurang 100 (seratus) hari lagi, bangsa ini akan melaksanakan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Pada masa ini sudah juga kita dengar janji-janji yang dilontarkan para calon presiden dan calon wakil presiden terkait kesejahteraan guru. Seolah semua tahu jika masalah ini masih menjadi hal yang belum terselesaikan, masalah yang penting dan menarik sorotan, namun tentu yang dibutuhkan adalah tidak hanya sebatas janji jelang pemilu.
Membangun kesejahteraan guru memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun bukan tidak bisa dilakukan. Kita harus berani menempatkan guru sebagai profesi yang penting dan memiliki derajat tinggi, hal itu dapat dimulai dari pendidikan khusus keguruan, yang mengarah pada proses pengangkatan, dalam hal ini tidak semua bisa menjadi guru, dan tidak mudah untuk menjadi guru. Selanjutnya memperjelas status guru, tidak ada lagi pekerja kontrak. Lalu pemerintah juga harus memperluas jangkauannya untuk turut memperhatikan sekolah swasta, dan memastikan pelayanan pendidikan dijalankan secara adil bagi semua warga negara tanpa tercipta kelas-kelas pendidikan. Dalam kesempatan ini juga layak untuk terus dikaji tentang sentralisasi tata kelola guru, mengingat karut-marut manajemen guru hari ini tidak lepas dari beragamnya kemampuan daerah dalam mengelola pendidikan yang menjadi kewenangannya.
Akhir kata, tidak hanya memperingati hari pahlawan, di bulan November ini Hari Guru Nasional juga diperingati. Tema yang diangkat dalam perayaan hari guru tahun ini adalah bergerak bersama rayakan merdeka belajar, namun tentunya perayaan akan menjadi semarak jika para pahlawan merdeka belajar ini juga merdeka dari jeratan pinjol.