Dalam sejarah Kota Tua Jakarta, saat itu Batavia menjadi pusat perdagangan dari seluruh dunia. Kota itu memiliki sumber daya melimpah serta sungai yang bersih, para pelayar dari Eropa bahkan menjuluki kawasan ini sebagai “Ratu dari Timur” dan “Permata Asia”.
Kota Batavia diperluas ke sebelah Barat sungai Ciliwung pada 1635. Kota ini memiliki sistem pertahanan berupa tembok dan parit sekelililng kota. Tata ruang kota pun dibagi ke dalam blok-blok yang dipisahkan oleh kanal, sampai akhirnya pembangunan selesai pada tahun 1650.
Nama Batavia berhenti digunakan saat masa pendudukan Jepang, yakni tahun 1942. Namanya pun berubah dari Batavia menjadi seperti sekarang, yakni Jakarta.
Kota Tua Jakarta telah mengalami revitalisasi sejak pemerintahan Gubernur DKI Ali Sadikin. Kemudian, pada tahun 1972 dikeluarkan keputusan gubernur yang menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan, dengan tujuan melindungi sejarah yang ada di sana.