Zubairi mengungkapkan Amerika Serikat telah mencoba mengantisipasi N439K ini.
“Mereka mengeluarkan emergency used authorization (EUA) untuk dua jenis obat antibodi monoklonal dalam pengobatan Covid-19. Tapi, yang jadi soal, N439K ini tidak mempan diintervensi oleh obat itu. Dikatakan Gyorgy Snell, Direktur Senior Biologi Struktural di Vir Biotechnology California, N439K punya banyak cara mengubah domain immunodominant untuk menghindari kekebalan (tubuh manusia) sekaligus mempertahankan kemampuannya untuk menginfeksi orang,” ujar Zubairi.
Zubairi mengatakan yang jadi catatan epidemiolog yaitu penyebaran N439K tidak secepat B117 yang menyebar di Inggris dan sudah masuk ke Indonesia.
“Namun, yang jadi catatan epidemiolog, penyebaran N439K tidak secepat B117, dan semoga kedepannya juga demikian,” katanya.
Zubairi pun berpesan dengan penemuan ini, disiplin protokol kesehatan menjadi sangat penting. Dia juga mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 belum usai.
“Pesan saya. Tetap jaga jarak, pakai masker dan hindari kerumunan, apalagi di dalam ruangan. Jangan bosan saling ingatkan. Pandemi belum usai,” katanya.