JAKARTA, iNews.id – Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Salahuddin Uno, turut hadir mendampingi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi saat menyerahkan Laporan Dana Penerimaan dan Pengeluaran Kampanye (LDPPK) kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta, tadi sore. Dalam kesempatan itu, Sandi mengeluhkan kondisi Sistem Aplikasi Dana Kampanye (Sidakam) milik KPU.
Awalnya, Sandi menyampaikan bahwa KPU pertama kali memperkenalkan Sidakam KPU kepada para peserta Pemilu 2019 pada Agustus tahun lalu. Sejak itu, terhitung sebanyak tujuh kali KPU melakukan upgrading (pembaruan sistem) untuk meningkatkan aplikasi tersebut. Ironisnya, setelah upgrading, pada aplikasi tersebut masih ditemukan sejumlah kendala. Salah satunya, tidak bisa merekam laporan keuangan yang diunggah BPN Prabowo-Sandi.
“Kendala akhir yang terjadi atas penggunaan sistem aplikasi ini adalah ketika penyusunan laporan konsolidasi dari data laporan seluruh wilayah Indonesia, tidak semua data laporan provinsi dan kabupaten yang diimpor BPN berhasil direkam ke dalam Sidakam,” kata Sandi di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (2/5/2019).
Karena itu, BPN Prabowo-Sandi sangat menyayangkan penyelenggara pemilu, dalam hal ini KPU. Pasalnya, KPU sudah mendapatkan anggaran sangat besar (Rp25 triliun), tapi tak mampu mengatasi masalah pada fasilitas pelaporan dana kampanye yang mereka buat.
“Kami juga prihatin sistem yang dibiayai dengan APBN begitu besar tidak dapat digunakan secara maksimal sehingga membuat tim BPN harus melaporkan dana kampanye secara manual,” ujarnya.
Bahkan, tiga hari menjelang batas akhir penyerahan LDPPK, BPN Prabowo-Sandi harus menyusun laporan dana kampanye secara manual dengan sistem split sheet Microsoft Excel seperti yang dilakukannya ketika menyusun laporan kuangan 25 tahun yang lalu.
“Ini kita jaman now, tetapi sistem ini tidak bisa menyelesaikan permasalahan laporan dana kampanye. Jika Sidakam ini terus mengalami masalah teknis, kami tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dengan sistem online KPU yang lain. Terlebih utama masalah data yang sekarang berjalan di real count (penghitungan suara) itu,” katanya.