Henry menambahkan, seperti halnya yang dilakukan Kementan melalui Agriculture War Room (AWR), fungsi kontrol diperlukan untuk mengukur secara teknis kapan dilakukan panen serta memperkuat validasi data BPS.
"Menurut saya, di tiap-tiap kementerian itu punya semacam penyeimbang atau kontrol data seperti AWR di Kementan. Misalnya begini, untuk melihat produktivitas padi, kita bisa cek dengan angka ekspor maupun impor hasil olahan data BPS. Kalau misalnya dari data BPS impor kita itu tidak banyak, kita perlu telusuri. Katakanlah pupuk yang kita distribusikan berapa sebagai penguat produktivitas," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, produksi padi nasional 2022 mencapai 54,75 juta ton GKG atau mengalami kenaikan sebanyak 333,68 ribu ton atau 0,61 persen apabila dibandingkan produksi 2021 yang hanya 54,42 juta ton GKG. Sedangkan, luas panen pada 2022 mencapai 10,45 juta hektare mengalami kenaikan sebanyak 40,87 ribu hektare atau naik 0,39 persen apabila dibandingkan dengan luas panen 2021 sebesar 10,41 juta hektare.