Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh dalam ‘Tragedi Nasional Percobaan Kup G 30 S/PKI di Indonesia’ terbitan PT Intermasa 1989 mengatakan, pada tahun-tahun sebelum peristiwa 1 Oktober 1965 PKI terlihat berkembang pesat. Selain bidang politik, jalur PKI pun merembes ke bidang ekonomi, pendidikan, kesenian, dan kesusateraan.
“DN Aidit-lah yang membangun dan mengembangkan PKI setelah mengalami kemunduran akibat pemberontakan Madiun. Potensi partai yang tercerai berai disatukannya,” kata Mayjen TNI (Purn) Samsudin dalam bukunya ‘Mengapa G 30 S/PKI Gagal?’.
Lembaga Sedjarah PKI pernah menuliskan catatan perjuangan mereka dalam sebuah buku berjudul ’40 Tahun PKI’. Buku yang diterbitkan Jajasan Pembaruan Djakarta pada 1960 itu menyebutkan, sejarah PKI bukanlah sejarah yang tenang dan damai, tapi penuh marabahaya, kesalahan, dan pengorbanan. Separuh hidupnya PKI bergerak di bawah tanah.
“Sejarah PKI pada hakekatnya adalah sejarah dari perjuangan kelas buruh yang memimpin rakyat Indonesia untuk kemerdekaan nasional dan demokrasi, menuju Sosialisme dan Komunisme,” tulis buku tersebut (hal 5).
Upaya kudeta yang dimulai dengan penculikan dan pembunuhan para pimpinan AD itu sejatinya menggelorakan kembali niat mereka untuk menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Untuk memuluskan cita-cita itu, segala cara ditempuh termasuk menumpas para jenderal AD yang sejak awal menentang Angkatan ke-5 (buruh dan tani dipersenjatai) serta ideologi komunis.