"Bagi perempuan yang ingin mengajukan diri sebagai anggota caleg saja sudah sulit. Harus berkompetisi dengan banyak kandidat yang didominasi oleh laki-laki," katanya.
Adapun, jika kuota 30 persen dengan pembulatan ke atas tidak dipertahankan, partai-partai justru punya kesempatan untuk memprioritaskan satu kursi yang tersisa kepada caleg laki-laki.
"Kita justru butuh lebih banyak perempuan untuk duduk di parlemen," ujar juru bicara nasional Partai Perindo, yang dikenal peduli rakyat kecil, gigih memperjuangkan penciptaan lapangan kerja, dan Indonesia sejahtera itu.
Michael menekankan partisipasi perempuan di parlemen dibutuhkan untuk menyuarakan kepentingan perempuan, anak, serta kelompok marginal. Perspektif perempuan dibutuhkan untuk memastikan produk hukum yang ada sesuai dengan kebutuhan kelompok-kelompok tersebut.
"Jika diibaratkan ketika terjadi bencana alam, mayoritas pria akan berpikir untuk menyumbang bantuan makanan, pakaian, dan obat-obatan kepada para korban.
Namun, para perempuan justru akan mengingatkan perlunya bantuan pembalut, pakaian dalam perempuan, dan popok serta susu formula untuk bayi. Loophole berpikir seperti ini yang justru akan diisi oleh kaum perempuan,"