"Sejak saat itu, saya menjadi laki-laki tertua di keluarga di saat masih berumur 7 tahun dan sedang duduk di bangku kelas 2 SD, sehingga sepenuhnya beban tanggung jawab keluarga kami diambil alih oleh ibu saya. Sebagai saksi nyata atas perjuangan hebat ibu saya selama ini menjadi pendorong bagi saya dalam membantunya secara tidak langsung, yaitu melalui kegiatan akademik," katanya lagi.
"Sejak SD, saya telah termotivasi untuk fokus dan berorientasi pada aspek akademik, saya juga rutin mendapatkan ranking sejak SD sampai saya SMA hingga diterima di UGM melalui jalur SNBP dan menjadi salah satu siswa berprestasi di SMA," ucapnya.
Namun perjuangan Argo akhirnya terhenti di di Jalan Palagan Tentara Pelajar Sleman, DIY. Dia tewas menjadi korban kecelakaan.
Kabar kepergiannya menyayat hati banyak pihak. Doa dan dukungan terus mengalir, terutama dari kalangan akademisi dan teman-temannya.
"Anak satu-satunya... hancur banget ibunya, innalilahi wa innailaihi rojiun. Semoga husnul khatimah ya nak," tulis @sari_melinda.
"Adik kelas angkatanku, semoga engkau tenang di sana. Kita perjuangkan keadilan untukmu," tulis @notarisbergitar.