Karenanya, ketika kini umat Islam di dunia dan khusus di Indonesia menyambut Tahun Baru 1446 Hijriyah, maka seluruh elemen kekuatan dan bangsa Muslim niscaya bangkit menuju pergerakan berkemajuan di segala bidang kehidupan. Umat Islam tidak cukup hanya kokoh dalam nilai-nilai keislaman di bidang akidah, ibadah, dan akhlak semata. Kaum Muslim dan dunia Islam wajib bergerak maju di seluruh ranah muamalah-keduniaan seperti ekonomi, politik, pendidikan, iptek, pengelolaan sumberdaya alam, dan kualitas sumberdaya manusia yang unggul. Berakidah, beribadah, dan berakhlak justru menjadi fondasi, bingkai, dan kerangka nilai mendasar secara transformasional dalam bermuamalah dunyawiyah yang membedakan dengan pihak lain yang pandangan kehidupannya sekular, agnostik, dan ateistik.
Tahun 1446 Hijriyah makin menuntut umat Islam sedunia memiliki Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) sebagai utang peradaban. Malulah umat Islam dalam menentukan hari dan tanggal baru hijriyah termasuk untuk penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, 1 Muharram masih berbeda antar negara dan di satu negara, apalagi dengan cara dadakan dan mengandung ketidakpastian.
Padahal di dunia luar Kalender Masehi atau Miladiah begitu pasti dan telah lama menjadi rujukan atau pegangan pasti umat manusia secara global. Perlu ijtihad dan penafsiran baru atas hadis Nabi yang terkait dengan hukum alam dan peredaran benda-benda langit yang pasti sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih dan mengarah pada kepastian.
Hilangkan ketidakpastian menuju kepastian dalam penentuan hari, bulan, dan tahun hijriyah sebagai bukti umat Islam tinggi tingkat kemajuan peradabannya. Bukankah Allah sendiri menciptakan alam semesta dengan hukum alam atau sunatullahh-Nya yang pasti. Allah pulalah yang menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesukaran dalam beragama (QS Al-Baqarah: 185). Kenapa umatnya justru memproduksi kesukaran yang menunjukkan kekakuan dan kebekuan berpikir.
Memajukan Kehidupan
Umat Islam Indonesia masih harus mengejar kemajuan dari sejumlah ketertinggalan. Mayoritas secara jumlah tetapi masih tertinggal secara ekonomi, penguasaan iptek, pemanfaatan sumberdaya alam, dan sumberdaya insani umat. Umat Islam secara politik juga tidak sebanding posisinya dibanding kemayoritasannya.