JAKARTA, iNews.id, - Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno merespons dingin hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang menempatkan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin unggul dengan selisih 23 persen. Hasil survei itu dianggap tak mencerminkan realitas sesungguhnya.
Koordinator Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak menuding sejumlah lembaga survei saat ini sedang melakukan “tugasnya” sebagaimana terjadi pada Pilkada DKI 2017. Namun, masyarakat ternyata tidak percaya dengan hasil survei seperti itu.
"Publik kita, literasi demokrasinya sudah sangat tinggi, termasuk literasi terkait dengan trik dan intrik lembaga survei," kata Dahnil, Senin (11/3/2019).
Mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah itu pun langsung menyandingkan hasil survei SMRC dengan hasil survei internal BPN Prabowo-Sandi. Menurut dia, elektabilitas Prabowo-Sandi saat ini sudah di angka 54 persen-an, sedangkan Jokowi-Ma'ruf di angka 40 persen-an.
"Jadi kami yakin beberapa hari ini pada saat pencoblosan Prabowo Sandi itu bisa menang diatas angka 60 persen," kata dia.
Klaim Dahnil Anzar ini berbanding terbalik dengan hasil survei sejumlah lembaga. SMRC, misalnya, dalam survei nasional terbaru mereka yang dipublikasikan pada Minggu (10/3/2019) menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma’ruf pada Pilpres 2019 sebesar 54,9 persen, sementara Prabowo-Sandi sebesar 32,1 persen.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani mengatakan, selisih tersebut masih jauh lebih besar daripada kontestasi Pilpres 2014 silam yang juga mempertemukan Jokowi dan Prabowo. Selisih angka pada saat itu sekitar 6 persen.