Itulah sebabnya Olenka mendatangi pemerintah kota, yang kemudian memberinya sebidang tanah untuk taman bermain inklusif, jika dia dapat membangunnya. Selama tujuh tahun, Olenka bersama tim-nya mengumpulkan empat juta dolar untuk membangunnya.
Lalu pada 2015, taman bermain untuk anak berkebutuhan khusus itu pun dibuka.
Taman bermain inklusif yang baru itu dibuat dari kayu.
"Dibuat dari kayu bagi anak-anak yang tidak dapat melihat atau penderita autisme, di mana menyentuh kayu merupakan hal penting bagi mereka," ujar dia.
Ada sebuah rumah kecil yang cukup bagi anak-anak dan orangtua jika mereka tidak nyaman bermain sendiri. Juga tempat khusus bagi mereka yang memiliki keterbatasan penglihatan dan mengidap gangguan tingkah laku dan kognitif.
Tempat itu mengeluarkan suara berbeda setiap 30 detik dan anak-anak merasa seperti tercebur di genangan air, berjalan di salju, jatuh di dedaunan atau menginjak es.