Dia menegaskan, budaya bangsa Indonesia bukan menakut-takuti masyarakat, melainkan budaya pejuang.
Caleg DPR dari PDI Perjuangan ini pun menepis tuduhan bahwa ucapan 'politik genderuwo' mencerminkan kepanikan Presiden Jokowi sehingga tidak bisa mengontrol pilihan diksinya.
Menurutnya, istilah tersebut merupakan ekspresi keprihatinan Presiden Jokowi terhadap perilaku 'politik genderuwo' yang justru, dari pilihan istilah itu, menunjukkan bahwa gaya komunikasi politik Presiden Jokowi sangat merakyat.
"Pak Jokowi itu kan esensinya rakyat yang menjadi presiden. Karena itu diksi yang selalu digunakan Pak Jokowi itu diksi rakyat. Dan rakyat tahu perilaku genderuwo itu seperti apa," ucap Putra.
Dia juga pun menekankan kembali bahwa kontestasi politik saat ini seyogianya diisi dengan adu gagasan dan adu kinerja, bukan dengan menebar ketakutan dan membuat suasana menjadi mencekam.
"Gaya menakut-takuti, otoriter, itu sudah usang. Membuat suasana mencekam itu sudah so old, bukan zaman now. Sudah berhenti saja. Sekarang gagasannya apa, hasil kerjanya apa," kata dia.