JAKARTA, iNews.id - Upacara kasada merupakan salah satu tradisi dari suku Tengger di Gunung Bromo, Jawa Timur. Upacara ini pun menjadi daya tarik bagi setiap wisatawan yang datang setiap tahunnya.
Namun, masih banyak yang tidak tahu asal mula upacara kasada berasal. Agar semakin mengenal, dikutip dari buku 'Surat dari Lembah Baliem' terbitan Elex Media Komputindo, berikut penjelasannya.
Dulu dikisahkan ada sepasang suami istri yang agak tua dan belum dikaruniai anak. Mereka berdua bernama Kyai Seger dan Nyai Anteng.
Suatu hari, mereka berdua melakukan tapa semedi di kaki Gunung Bromo dan memohon agar dikaruniai anak. Lalu, ada suara menggema,
"Kelak kalian akan mempunyai dua puluh lima orang anak. Tapi kalian harus mengorbankan anak pertama ke dalam kawah ini! Kalau tidak akan ada bencana dahsyat yang akan menimpa kalian."
Tanpa berpikir panjang, mereka berdua mengiyakan permintaan tersebut. Waktu berlalu, Kyai Seger dan Nyai Anteng dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Kusuma.
Kemudian, mereka memiliki anak kembali hingga jumlahnya mencapai 25 anak. Suatu hari, Gunung Bromo yang tenang mengeluarkan suara gemuruh dan asap tebal.
Seketika, mereka berdua teringat akan janjinya. Ia pun tak tega melempar Kusuma ke dalam kawah tersebut. Hari-hari berlalu, Kusuma mempertanyakan apa penyebab Gunung Bromo mengeluarkan suara yang amat keras.
Mengetahui fakta yang ada, Kusuma langsung memikirkan nasib kedua orang tua, adik-adik hingga tetangganya. Ia pun siap menjadi korban.
Kusuma pun menceburkan diri ke dalam kawah Gunung Bromo yang bergejolak. Gunung Bromo pun tak lagi bergemuruh dan penduduk sekitar hidup dengan tentram.
Tujuan upacara kasada pun dilakukan di bulan kesepuluh untuk menghormati roh Kusuma dan berharap hasil panen mereka berlimpah dan dijauhkan dari penyakit.