JAKARTA, iNews.id - Seorang tenaga kesehatan (nakes) berinisial EO diduga menyuntikkan vaksin kosong ke warga berinisial BLP. Peristiwa itu terjadi saat vaksinasi massal di sekolah IPK di Penjaringan, Jakarta Utara, pada 6 Agustus 2021 lalu.
Kini nakes tersebut telah ditetapkan menjadi tersangka. Lantas, bagaimana cara memastikan vaksin yang disuntikkan itu benar?
Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Prof Zubairi Djoerban memaparkan sejumlah tahapan sebelum penyuntikkan vaksin.
Pertama, vaksin harus dikeluarkan dari botol di depan penerima vaksin. Kedua, nakes menunjukkan dosis sebelum menyuntik. Jika memungkinkan, penerima vaksin harus melihat apakah nakes itu benar-benar memasukkan vaksin. Ketiga, minta diperlihatkan jarum suntik kosong setelah penyuntikan.
Zubairi berujar, penyuntikkan vaksin kosong di Pluit adalah kasus serius. Dia ingin kasus tersebut diselidiki dengan jelas mengapa relawan nakes itu melakukan suntikan palsu.
"Apakah kelelahan, atau kemungkinan motif lain, seperti penimbunan vaksin, atau memang sistem kontrolnya yang tidak jalan?," ujarnya dikutip dari akun Twitter @ProfesorZubairi, Rabu (11/8/2021).
Zubairi mengaku penasaran dengan jumlah suntikan nakes itu dalam satu hari ketika melakukan suntikan palsu. Yakni 599 orang. Jika proses satu penyuntikan adalah 5 menit, maka butuh 2.995 menit atau hampir 50 jam. "Pasti nakesnya kelelahan melakukan 500-an suntikan hanya dalam satu hari," ucapnya.
"Yang harus jadi perhatian, bagaimana jika peristiwa ini tidak terjadi di satu tempat saja. Kita harusnya juga mencari, sebenarnya berapa banyak orang yang mendapat suntikan-suntikan vaksin kosong itu. Sehingga kita bisa tahu jumlah riil yang belum terproteksi vaksin," kata Zubairi lagi.