Sementara itu, Ketua Komite III DPD RI Filep Wamafma menambahkan, kekerasan yang terus terjadi pada dunia pendidikan di Papua Pegunungan memerlukan respons komprehensif dari semua pihak yang berkepentingan dengan masa depan Papua menuju Tanah Damai.
Dia juga menegaskan bahwa puluhan korban tenaga pendidik selama tahun 2025 serta pembakaran sekolah tempat masyarakat menuntut ilmu, seharusnya membuat seluruh pihak mencurahkan perhatian yang serius. Tidak cukup lagi dengan retorika perdamaian, apalagi sekadar persoalan OPM melawan TNI/Polri.
“Kekerasan yang menimpa guru dan hancurnya bangunan sekolah ini sudah menyangkut masalah kemanusiaan. Bukan sekadar tentang perbedaan ideologi, tapi masa depan generasi Papua di masa yang akan datang,” ujarnya.
Sebelumnya dikabarkan, kontak tembak terjadi antara aparat keamanan dan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dari Kodap XV Ngalum Kupel. Insiden ini pecah menyusul aksi pembakaran bangunan lama SMP Negeri Kiwirok di Desa Sopamikma, Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan oleh KKB, Senin (13/10/2025).
Insiden bermula sekitar pukul 06.00 WIT, ketika pemantauan Satgas Operasi Damai Cartenz mendeteksi tujuh orang bersenjata api membakar fasilitas pendidikan tersebut.
Menindaklanjuti laporan itu, personel Satgas Ops Damai Cartenz bersama aparat gabungan TNI-Polri segera bergerak menuju lokasi. Pada pukul 07.20 WIT, sesaat setelah tim tiba di ujung Bandara Kiwirok, terdengar satu kali letusan tembakan dari arah lokasi pembakaran.
Kontak tembak pun tak terhindarkan. Dalam baku tembak tersebut, aparat berhasil memukul mundur KKB atau dikenal Organisasi Papua Merdeka (OPM) itu ke arah Kampung Kotobib.