JAKARTA, iNews.id - World Health Organization (WHO) telah mengeluarkan Emergency Use Listing (EUL) untuk vaksin Covid-19 Sinovac asal China. Lalu, bagaimana proses dan manfaatnya?
Mantan Direktur World Health Organization (WHO) Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama mengatakan ada tiga pertanyaan tentang persetujuan EUL oleh WHO terhadap Sinovac yang baru keluar beberapa hari yang lalu.
Pertama, kenapa EUL dari WHO untuk Sinovac terbilang lama keluarnya dibandingkan dengan vaksin AstraZeneca, Pfizer, Moderna dan Sinopharm. Bagaimana prosesnya?
Perusahaan vaksin akan mendaftar dulu ke WHO untuk mendapat EUL. Analisa ilmiah mendalam dari SAGE (Strategic Advisory Group of Expert) on Immunization, suatu badan independen yang membantu WHO dari sudut kepakaran ilmiahnya.
"Sesudah ada lampu hijau dari SAGE maka akan dianalisis lebih lanjut oleh WHO, dalam hal ini Department of Registration and Prequalification,” kata Yoga dalam keterangan yang diterima, Kamis (3/6/2021)
Kedua, WHO menyebutkan efikasi vaksin Sinovac hanya 51 persen? Yoga pun menjelaskan bahwa WHO, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat dan European Medicines Agency (EMA) Eropa memang sejak awal menggunakan cut off di atas 50 persen untuk persetujuannya.
“Kalau dibaca lengkap maka persetujuan WHO menyebutkan hasil penelitian fase 3 skala besar di Brazil menunjukkan efikasi 51 persen mencegah Covid-19 bergejala, juga efikasi 100 persen mencegah Covid-19 berat dan 100 persen terhadap perawatan di rumah sakit, tentu sesudah disuntik dua kali. Juga dituliskan data penelitian di Indonesia dengan efikasi 65.3 persen dan di Turki yang 83.5 persen terhadap Covid-19 yang bergejala,” katanya.