Brahma menuturkan teknologi terus berkembang sekitar 10 sampai 20 tahun lalu belum banyak oli sintetis yang memang bisa digunakan sampai 10.000 km. Itu sebabnya mobil dahulu selalu merekomendasikan penggantian oli setiap 5.000 km.
Namun, penggantian oli sintetik maupun oli mineral itu tidak selalu merujuk kepada interval di atas. Pasalnya, ada beberapa hal yang justru membuat oli mesin mobil berlangsung lebih cepat. Sebagai contoh apabila mobil rutin melewati tanjakan atau menghadapi kemacetan.
"Apabila sering terjebak di kemacetan lalu lintas meski roda tidak bergulir, tapi mesin tetap bekerja menghasilkan tenaga. Ditambah dengan panasnya jalanan saat kondisi siang hari, serta sering lama berhenti di lampu merah, membuat beban kerja mesin jadi semakin berat," kata Brahma.
Tak dipungkiri, lanjut dia, oli juga memiliki sifat menguap. Jadi bayangkan jika mobil acap kali bekerja keras menghadapi kemacetan atau jalan yang berat tadi, penguapan oli tentu akan lebih banyak lagi. Untuk mobil-mobil seperti ini, Brahma menyarankan kepada pemilik untuk rutin mengecek kondisi oli mesin melalui dipstick.
"Jika kondisi volume oli pada dipstick sudah berkurang dari level minimum, ada baiknya segera ganti oli. Jangan hanya menambah oli baru," ujar Brahma.
"Pemilik mobil juga tentunya harus menggunakan spesifikasi oli sesuai rekomendasi pabrikan. Oli mesin itu dapat ditemui pada produk seperti Fastron Series yang dirancang untuk berbagai kebutuhan mesin mobil. Oli PTPL bukan saja memenuhi standardisasi API SN, tapi juga dilengkapi teknologi NanoGuard," kata Brahma.
Dia menambahkan jika masih bingung dalam memilih oli mesin mobil bisa melihat di situs resmi pabrikan pelumas. Ini untuk mendapatkan rekomendasi pelumas yang tepat.