Elon Musk Ikut Angkat Bicara
Insiden ini menarik perhatian tokoh-tokoh teknologi dunia. Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, lewat akun X (Twitter) mengatakan, “This is not ok,” merespons video pembakaran mobil otonom yang viral. Meski Tesla tidak terlibat langsung, insiden ini memperlihatkan potensi bahaya dari resistensi publik terhadap kendaraan tanpa pengemudi.
Sejak awal kemunculannya, mobil otonom seperti Waymo memang memicu perdebatan. Di satu sisi, kendaraan ini digadang-gadang sebagai solusi masa depan untuk mengurangi kecelakaan, emisi karbon, dan kemacetan. Namun di sisi lain, kehadiran mereka juga memicu ketakutan—terutama dari kelompok pekerja transportasi dan aktivis sosial yang khawatir dampaknya terhadap lapangan kerja dan keselamatan publik.
Pembakaran Robotaxi di Los Angeles kali ini menambah deretan panjang aksi vandalisme terhadap kendaraan otonom. Sebelumnya, insiden serupa terjadi di San Francisco dan Beverly Grove, yang semuanya menunjukkan tren perlawanan terhadap automasi di ruang publik.
Dari sisi industri otomotif, insiden ini menjadi peringatan serius. Satu unit Robotaxi Waymo bernilai ratusan ribu dolar AS, kerugian akibat pembakaran bisa menembus angka 900.000 dolar AS atau sekitar Rp14,5 miliar (Total kerugian Rp72,5 miliar). Belum termasuk kerugian sistem, data, dan reputasi.
Waymo dan perusahaan lain seperti Cruise, Tesla, hingga Apple Car kini berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, mereka didorong untuk terus mempercepat inovasi demi pasar dan efisiensi. Namun di sisi lain, penerimaan sosial menjadi tantangan utama. Apalagi ketika inovasi ini berada di tengah panasnya konflik politik dan sosial seperti protes anti-ICE.
Apakah Robotaxi bisa melaju mulus di jalanan Amerika Serikat ke depan? Atau justru akan terus jadi target resistensi di tengah ketegangan sosial yang belum reda? Dunia otomotif kini tak hanya bicara soal teknologi, tetapi juga soal persepsi, budaya, dan keamanan publik yang menyertainya.