WASHINGTON, iNews.id - Rencana Komisi Komunikasi Federal (FCC) Amerika Serikat meningkatkan penelitian teknologi komunikasi kendaraan untuk segala hal (vehicle of everyting/V2X) selama 21 tahun mandek. Ini setelah Ajit Pai, ketua FCC mengumumkan mengundurkan diri per 20 Januari 2021.
FCC memunculkan perselisihan dengan Departemen Transportasi AS pada tahun ini ketika mereka mengumumkan akan membuat sebagian dari gelombang radio 5,9Ghz. Ini cukup rumit, tetapi yang penting dipahami rencana tersebut telah disetujui FCC pada 18 November, sebelum pengumuman pengunduran diri Pai.
Di mana mereka akan memperkenalkan cara kedua mobil berkomunikasi satu sama lain (C-V2X) dan infrastruktur terdekat.
Menurut Reuters, Depertemen Transportasi AS menilai keputusan itu sangat berbahaya. Mengapa? Sebab, cara baru mobil berkomunikasi satu sama lain, yang dikenal dengan C-V2X memerlukan WiFi.
Departemen menilai, teknologi ini belum teruji tuntas seperti metode komunikasi tradisional yang dikenal dengan V2X. Menteri Transportasi AS Elaine Chao menyebutkan, ini dapat mengakibatkan ribuan kematian setiap tahun di jalan raya dan jutaan pengguna jalan cedera.
Ketakutannya C-V2X dapat mengalami gangguan dari perangkat WiFi lain di dekatnya. Meskipun beberapa produsen mobil seperti Audi sudah mulai menguji C-V2X, banyak yang kecewa dengan perubahan tersebut.
GM misalnya, FCC terus bergerak menuju keselamatan jalan raya yang membahayakan ketika menyetujui untuk meningkatkan pita 5.9Ghz.
Alasan pembuat mobil kecewa dengan perubahan ini bukan karena kurangnya pengujian C-V2X, tapi seberapa banyak pengujian telah dilakukan ke V2X.
Gelombang pita 5,9 Ghz dikesampingkan untuk penggunaan otomotif pada 1999. Meskipun industri lambat dalam memanfaatkannya, pembuat mobil telah bekerja menyiapkan V2X sejak awal 2010-an.
Dilihat secara luas, ini sebagai langkah penting dalam menyiapkan kendaraan otonom. Membuat frustrasi bukan tentang berapa banyak waktu (dan sumber daya) yang telah diinvestasikan, tapi seberapa banyak orang mengadopsi teknologi ini.
"Satu-satunya cara untuk membuatnya bekerja adalah jika semua orang memilikinya," kata Debby Bezzina, direktur pelaksana Center for Connected Driving, dikutip Car and Driver.
“Jadi, jika Anda mengambil jalan yang padat lalu lintas dan hanya meletakkan satu mobil dengan kemampuan V2V di atas, tidak ada yang diuntungkan. Ini adalah mobil yang berbicara tanpa ada yang diajak bicara," ujarnya.