JENEWA, iNews.id - Dampak virus korona, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan ekspor suku cadang dan komponen penting dari mobil hingga ponsel di China diperkirakan turun 2 persen per tahun pada Februari 2020. Kondisi ini merugikan negara lain dan industri sebesar 50 miliar dolar AS atau sekitar Rp706 triliun.
China yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia menjadi pusat epidemi virus korona yang kini telah menyebar ke 75 negara. Negera tersebut menyumbang seperlima perdagangan global produk-produk setengah jadi. Banyak negara mengandalkan barang dari China.
"Ada efek riak di seluruh ekonomi global terhadap penurunan ekspor senilai 50 miliar dolar AS di seluruh dunia," ujar Direktur Divisi Perdagangan Internasional PBB, UNCTAD, Pamela Coke-Hamilton dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, dilansir dari Reuters, Kamis (5/3/2020).
Itu sebagian didasarkan pada Purchasing Managers Index (PMI) resmi China, yang dikeluarkan pada Sabtu, 29 Februari 2020, menunjukkan aktivitas pabrik di China mengalami kontraksi tercepat. Bahkan, lebih buruk daripada krisis keuangan global pada 2008/2009.
Negara atau wilayah yang menderita kerugian ekspor tertinggi akibat gangguan tersebut adalah Uni Eropa (UE), dengan hampir 15,6 miliar dolar AS, Amerika Serikat (5,8 miliar dolar AS), Jepang (5,2 miliar dolar AS), Korea Selatan (3,8 miliar dolar AS), Taiwan (2,7 miliar dolar AS) dan Vietnam (2,3 miliar dolar AS). Instrumen presisi, permesinan, komponen otomotif dan peralatan komunikasi adalah sektor yang paling terpukul.