Masalah suspensi kembali menjadi momok. Situasi ini membuat Hendra sebagai driver ketiga kesulitan mempertahankan posisi. Ban tergerus lebih cepat karena strategi tyre management sulit dilakukan. Sebab di balapan Endurance 1.000 km ini setiap tim hanya diberikan jatah 16 official tyre sehingga strategi tyre management menjadi sangat krusial.
Berlanjut ke Sendy sebagai driver ke-4. Lap by lap terus berlanjut dengan keadaan yang tidak optimal. Namun di sisa 2 stint terakhir tim mengambil keputusan kembali melakukan perbaikan di sektor suspensi.
Setelah crew melakukan perbaikan, sesi terakhir race diselesaikan Rio SB. Perbaikan instan berhasil dimanfaatkan Rio kembali menekan ke posisi 21 di kelas SP2G atau posisi 52 overall sampai finis.
Meski gagal meraih target, namun kejuaraan balap endurance S1K Sepang kali ini memberikan pembelajaran dan momen berharga bagi pembalap Indonesia.
"Ini adalah pertama kali kami mengikuti event endurance terbesar di Malaysia dan Asia. Sebelumnya, kami sudah mengikuti endurance 500 km MSF, dan finish di posisi 3 kelas 1.800 cc ultimate," kata Ichsan.
"Dalam event kali ini. Walaupun masih jauh dari hasil yang diharapkan, tapi untuk saya pribadi sudah menjadi pencapaian membanggakan. Endurance race (balap ketahanan) ternyata bukan tentang siapa yang cepat dan siapa yang mengakhiri lap terakhir, tapi tentang, komitmen, komunikasi, team work support dan yang terpenting finis melewati kibaran checker flag," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Hendra Widjanarko. Menurutnya, kerja sama tim dan chemistry merupakan hal krusial dalam sebuah tim di balapan ketahanan.
"Semua orang memainkan perannya. Kami mempunyai beberapa masalah namun semuanya dapat diatasi dengan keterampilan dan keahlian yang kami miliki," kata Hendra.