Temuan tersebut menunjukkan pengguna mobil listrik yang khawatir dengan sisa baterai selama perjalanan mencapai 65 persen dari total responden. Sementara yang khawatir atas kapasitas jarak tempuh mobil sebanyak 61 persen dan tidak semua bengkel menerima perbaikan meski kerusakan mobil non-listrik 49 persen.
Selain itu keterbatasan infrastruktur atau fasilitas pengisian daya mobil listrik juga menjadi perhatian tersendiri dari responden (43 persen). Termasuk juga lokasi SPKLU yang masih sedikit dan jauh (42 persen).
Temuan lain dalam survei Populix adalah terkait pengisian daya kendaraan listrik. Hasilnya paling nyaman dilakukan di rumah (59 persen), sementara SPKLU hanya 15 persen responden.
"Tujuan utama penggunaan mobil listrik saat ini meliputi mengunjungi teman atau keluarga (71 persen), perjalanan dalam kota (69 persen), berkerja (67 persen), antar-jemput teman atau keluarga (63 persen), dan belanja harian (60 persen)," kata Timothy.
Sementara mobil listrik yang paling banyak digunakan responden itu ialah Wuling (57 persen), Hyundai (24 persen) dan Toyota (9 persen). Survei itu belum menyertakan BYD sebagai pendatang baru di Indonesia.