MICHIGAN, iNews.id - Studi terbaru Lembaga Keselamatan Jalan Raya Amerika Serikat (IIHS) mengungkapkan pengemudi tidak boleh terlalu yakin teknologi canggih dapat mengurangi kecelakaan. Ini terutama berkaitan dengan kendaraan otonom (self driving).
Analisa dari IIHS menunjukkan kesalahan pengemudi adalah kegagalan akhir dalam rantai kejadian sebanyak 9 kasus, dari 10 kasus kecelakaan. Dari kecelakaan itu, kendaraan self-driving hanya bisa menghindari sekitar sepertiga kasus kecelakaan.
"Ada kemungkinan mobil sepenuhnya self-driving pada akhirnya akan mengidentifikasi bahaya lebih baik daripada manusia, tetapi kami menemukan ini tidak akan mencegah sebagian besar kecelakaan," kata Jessica Cicchino, wakil presiden IIHS, seperti dilansir dari Carbuzz, Senin (8/6/2020).
Penelitian ini, melibatkan 5.000 kasus kecelakaan yang ditangani polisi. Perilaku pengemudi yang menyebabkan kecelakaan dibagi dalam beberapa kategori, yakni eksekusi dan kinerja, ketidakmampuan, dan penginderaan.
Para peneliti membayangkan kejadian yang sama mengarah ke kecelakaan ini. Tetapi mengeluarkan pengemudi dengan hanya menggunakan mobil self-driving untuk merencanakan apa yang mungkin terjadi berisiko. Pengemudi tetap menjadi faktor penentu.