JAKARTA, iNews.id - Prestige Aviation baru-baru ini sukses menerbangkan EHang 216 dari dua rute berbeda, yaitu titik point B-A dan titik A-A. Menariknya, EHang 216 diterbangkan menggunakan Human Scale and Weight, dummy seberat manusia sebagai penumpang.
Dalam demo yang digelar di Lapangan Aspal Hall B3 JIExpo Kemayoran, Jakarta, Minggu, 31 Agustus 2022, kendaraan udara Ehang 216 berhasil terbang dari titik poin satu dengan titik lain secara akurat.
Executive Chairman Prestige Aviation, Rudy Salim mengatakan, banyak step yang dilewati untuk sampai pada hari ini. "Jika demo flight sebelumnya hanya hovering, kita lakukan Urban Flying Route Demo. Di mana EHang 216 terbang dari dua titik poin penerbangan yang sangat akurat," ujarnya, dalam keterangan pers dilansir Rabu (3/8/2022).
"Tidak hanya itu, ada dummy seberat manusia menjadi penumpang. Keberhasilan Urban Flying Route Demo ini membuktikan EHang 216 mampu melakukan the ultimate test, yaitu membawa passenger dalam waktu dekat,” kata Rudy.
Seperti diketahui, Prestige Aviation menjadi perusahaan pertama membawa dan menyediakan kendaraan udara otonom di Indonesia. "Semoga dengan hadirnya Prestige Aviation, bisa mendorong sektor hulu, seperti pertambangan nikel, kobalt, untuk produksi baterai. Hadirnya EHang bisa membuat kendaraan listrik makin murah, makin affordable, sehingga bisa dinikmati banyak orang. Mengutip Neil Armstrong, One small step for Rudy Salim, One giant leap for Indonesia,” ujar Staf Khusus Kepresidenan, Diaz Hendropriyono.
Director of Marketing EHang, He Tian Xing mengungkapkan, kelebihan EHang 216 dibandingkan helikopter biasa, di antaranya biaya perbaikan dan pemeliharaan rendah, tingkat kebisingan minim, berukuran kecil sehingga mudah lepas landas atau mendarat. "Terlebih, kendaraan udara otonom ini bebas emisi karena 100 persen elektrik sehingga ramah lingkungan," katanya.
Dia menerangkan konsep teknologi EHang AAV mengikuti tiga filosofi, yaitu tingkat keamanan maksimum, pengendalian tanpa awak, dan kontrol dari pusat komando dengan kendali cerdas.
"Teknologi penerbangan otonom menghilangkan kemungkinan kegagalan atau kerusakan yang disebabkan kesalahan manusia (human error). Tanpa perlu ribet mengontrol atau mengoperasikan pesawat, penumpang bisa langsung duduk dan menikmati perjalanan," ujarnya.