SEOUL, iNews.id - Pabrikan asal Korea Selatan, Hyundai tidak mau terlalu tergesa-gesa mengembangkan teknologi swakemudi (autonomous) yang sedang tren saat ini. Mereka menyebutkan, sistem otonom milik Hyundai masih lama pengembangannya.
Director-advanced Driver Assist System Hyundai, Woongjung Jang menyebutkan konsumsi energi mobil otonom sangat besar dan tidak menguntungkan. Apalagi mobil ini kelak bukan murni mobil listrik yang banyak beredar.
“Kami mengembangkan teknologi autonomous Level 4 dan Level 5. Tapi, seperti kita ketahui konsumsi energinya sangat besar, bisa mencapai 1 kW sampai 2kW, yang berdampak pada berkurangnya daya jelajah kendaraan listrik,” ujarnya, seperti dikutip dari WardsAuto, Selasa (28/11/2017).
Perlu diketahui, Level 4 dan Level 5 yang dimaksud adalah klasifikasi dari SAE International (Society of Automotive Engineers) pada mode berkendara swakemudi.
Level 4 merujuk tidak diperlukannya lagi intervensi pengemudi kepada mobil, tapi kendaraan hanya beroperasi di area terbatas sesuai dengan keadaan tertentu, misalnya pada jalanan yang macet.
Di luar situasi tersebut, kendaraan harus mampu membatalkan sistem jika pengemudi tidak mampu mengambil kontrol.
Sementara Level 5, sudah serba otomatis tanpa perlu lagi campur tangan pengemudi alias sudah seperti robot.
Permasalahan masih terkendala dari sisi energi yang digunakan sebagai sumber tenaga mobil. Jang mengatakan, chip computer yang diharapkan dapat mengurangi konsumsi energi, bukanlah seperti Hyundai inginkan. "Jadi, apa yang menjadi visi Hyundai pada teknologi swakemudi sangatlah serius," katanya.
Mau tidak mau, balik ke teknologi yang sudah ada seperti plug-in hybrid, hybrid atau fuel-cell. Mesin pembakaran konvensional bertugas menyuplai tenaga besar, tapi bakal butuh generator besar untuk mengumpulkan energi agar menjadi energi listrik.
Pengolahan data yang sangat ekstrem, membutuhkan banyak daya di mobil swakemudi. Karena itu, sistem penggerak listrik murni yang mengandalkan baterai, tidak efektif untuk mobil otonom Level 4 dan Level 5.
“Kami tidak memiliki pilihan, tapi sangat masuk akal. Permasalahan ini bisa dipecahkan tetapi tidak dalam waktu dekat,” jelas Jang.
Menurut mereka, selain daya jelajah yang menjadi perhatian Hyundai, biaya menjadi alasan selanjutnya. Mobil swakemudi sangatlah mahal dan di luar jangkauan mayoritas konsumen. Solusinya sama seperti pabrikan lain, mengarah pada segmen fleet terlebih dahulu.
Nantinya menjadi penyedia jasa mobilitas yang tentunya dikenakan tarif untuk menyewa mobil swakemudi, tanpa perlu membayar jasa pengemudi.
“Kami kira, sampai 2025, harganya tidak bisa terjangkau sampai kami dapat membawa teknologi ini ke pasar luas,” tegas Jang.
Di saat banyak pabrikan dan supplier menargetkan 2020 untuk memperkenalkan kendaraan swakemudi, petinggi Hyundai justru menyebutkan swakemudi yang sesuai untuk perkotaan pada 2030.
Hyundai sendiri baru siap memperkenalkan sistem autonomous Level 2, bernama Highway Driving Assist. Sistem ini tersedia di beberapa model, seperti Hyundai Genesis G70, G80, G90, generasi terbaru Sonata, Azera dan Santa Fe.
Sistem ini sudah ada di pasar Korea sejak 2015, tapi baru diperkenalkan untuk pasar Amerika Serikat pada 2019. Kinerja mirip seperti sistem Autopilot milik Tesla.