Sebab itu, lanjut Rian, harga tiket bus yang ada jangan ditawar lagi. "(Harga bus) Rp2,3 miliar, harga tiket Jakarta-Kudus Rp270.000 masih ditawar sedih. Buat snack Rp10.000, makan Rp20.000, potong komisi agen 10 persen. Tinggal Rp200.000-an. Kali berapa orang (penumpang), kalau setengah saja busnya laku. PP Rp6 juta, operasional Rp5,5 juta bikinlah Rp6 juta, tekor bos! Udah waktunya naikkan harga tiket," katanya.
Rian kembali merinci untuk cicilan bus harus dihitung Rp2,3 miliar. Berapa uang mati untuk disimpan mengembalikan investasi? Apalagi untuk bus double decker jauh lebih mahal.
"Sebab itu, jangan songong double decker-double decker. (Satu unit) bus double decker Rp4 miliar," katanya.
Bagaimana perbandingannya antara usaha bus Pariswisata dan AKAP? Rian mengatakan, tergantung mampunya di mana. Jika menghitung pengeluaran, bus pariwisata lebih menguntungkan.
"Bus pariwisata enak, dapat satu penumpang keluar garasi sudah pasti dapat duit. AKAP keluar garasi, keluar duit pasti. Dapat duit belum tentu," katanya.