Setibanya di Finlandia, Ana/Trias langsung menjalani latihan perdana di Energia Arena untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan. Proses adaptasi disebut berjalan lancar, meski mereka menilai karakter shuttlecock di arena tersebut sedikit lebih lambat dibanding turnamen sebelumnya.
“Penyesuaian sudah berjalan tapi masih bisa lebih baik. Lapangan tidak terasa berangin dan shuttlecocknya agak lambat,” ungkap Febriana.
Bagi pasangan peringkat 20 besar dunia itu, tampil di turnamen Eropa bukan hanya soal hasil, tetapi juga kesempatan untuk menambah jam terbang menghadapi berbagai gaya permainan. Mereka berharap bisa terus berkembang dan menjadi andalan Indonesia di sektor ganda putri.
Selain Ana/Trias, Indonesia juga menurunkan dua pasangan lainnya di sektor ganda putri, yakni Rachel Allessya Rose/Febi Setianingrum dan Amallia Cahaya Pratiwi/Lanny Tria Mayasari. Ketiganya diharapkan dapat menjaga dominasi Indonesia di level Super 500.
PBSI sendiri menilai ajang seperti Arctic Open menjadi tolok ukur penting dalam persiapan menuju turnamen elite berikutnya, termasuk Denmark Open dan French Open. Dengan dukungan pelatih dan evaluasi berkelanjutan, sektor ganda putri diharapkan bisa kembali bersaing di papan atas dunia.
Kini, fokus Ana/Trias adalah memberikan performa terbaik di setiap pertandingan. Dengan motivasi tinggi dan persiapan matang, pasangan muda ini siap membuktikan bahwa mereka pantas diperhitungkan sebagai salah satu ganda putri masa depan Indonesia.