“Luar biasa karena Pengprov POBSI Jateng dan Merdeka berani mengadakan event standar internasional. Di mana kita tahu event ini dibuat sedetail mungkin. Seperti yang kita tahu pada umumnya kualitas turnamen di Indonesia masih kurang di mana standarnya hanya untuk tingkat nasional, sehingga atlet-atlet tanah air tidak memiliki gambaran tentang event di luar," ucap Silviana Lu.
"Contohnya dari aturan permainan, race, jam pertandingan dan lain-lainnya di mana turnamen-turnamen yang ada memiliki aturan-aturan yang berbeda. Saya berharap event seperti ini dapat terus berlanjut dan mungkin diikuti oleh pihak lainnya,” ujar dara kelahiran Pontianak itu.
Sekretaris Jenderal PB POBSI Robby Suarly mengatakan, ada salah satu aturan yang diterapkan di turnamen ini. Aturan tersebut adalah "break 3 bola" yang umumnya digunakan di pertandingan profesional internasional.
Aturan profesional itu menentukan break yang sah harus minimal tiga bola (object ball) melewati garis head string atau tiga bola masuk atau akumulasi dari kedua hal tersebut, yaitu satu bola masuk dan dua bola lewat garis atau dua bola masuk dan satu bola lewat garis. Selain kondisi tersebut maka "break" dinyatakan "miss" atau disebut "illegal break".
“Sanksi illegal break adalah pemain kehilangan giliran main, dan selanjutnya pemain lawan mempunyai pilihan yaitu dapat mengambil giliran main tersebut atau pass. Aturan yang biasa atau normalnya adalah break minimal empat object ball mengenai cushion/bantalan meja (dan ini lebih mudah)," jelas Robby Suarly.
"Aturan di kejuaraan tingkat nasional sedikit di bawah ketentuan aturan profesional di atas, yaitu: harus minimal dua bola (object ball) melewati garis head string atau dua bola masuk, namun tidak mengadopsi aturan akumulasi dari kedua hal di atas," terangnya lagi.