Comeback-nya dimulai di ajang Japan Open dan China Open 2025. Walau hasilnya belum maksimal, Gregoria tetap senang bisa merasakan lagi atmosfer persaingan internasional.
“Memang enggak segampang yang aku kira. Secara mental merasa hawa pertandingannya aku pikir cukup menurun. Dalam arti tegang banget. Mungkin karena aku terlalu menargetkan banget seperti ‘Oke aku bisa, harus main bagus’. Tapi sebaliknya aku tak bisa main lepas dan tak bisa memberikan permainan terbaik aku juga,” tuturnya.
Dia mengakui Japan Open 2025 menjadi pengalaman yang cukup mengecewakan, namun turnamen tersebut menjadi pembelajaran penting. Di China Open, meski harus terhenti di perempat final, Gregoria tetap melihatnya sebagai kemajuan positif.
Lebih lanjut, Gregoria menyadari proses pemulihan total dari vertigo membutuhkan waktu yang tidak singkat. Namun, hal itu tidak membuatnya patah semangat. Persiapan menuju Kejuaraan Dunia kali ini menjadi momen baginya untuk mengembalikan kondisi fisik dan mental secara optimal.
“Mungkin perlu proses yang lebih lama agar benar-benar bisa sembuh total dengan baik. Jadi aku rasa dengan persiapan cukup lama menuju kejuaraan dunia dan dikasih kesempatan juga untuk ke Jepang dan China (kemarin) semoga suasana turnamen, di lapangan bisa lebih baik,” jelasnya.
Bagi Gregoria, Kejuaraan Dunia adalah salah satu turnamen yang selalu dia nantikan. Meski tidak ingin membebani diri dengan ekspektasi berlebihan, ia tetap menargetkan hasil terbaik dan berharap kondisi kesehatannya terus membaik.
“Bukan mengerem (ekspektasi). Tetap punya target dan motivasi karena World Championship salah satu yang aku tunggu. Mungkin aku enggak berekspektasi apa-apa tapi akan usaha lebih dan berharap lebih sehat,” pungkasnya.