“Luar biasa 17 tahun lalu. Saya masih berpikir tentang hal itu sampai sekarang. Rasanya seperti kemarin. Setelah sekian malam, tetap ada di hati selamanya. Jika bertanya mana gol yang paling favorit, selain di Athena, yaitu saat bermain melawan Ajax, sekalipun gol itu bukan milik saya,” kata Inzaghi dikutip dari Football Italia.
“Melihat sekarang ini, jika hakim garis tidak benar-benar teliti, mereka bisa saja menganggap Tomasson offside. Milan kemudian memenangkan Liga Champions musim itu. Terkadang, sepak bola benar-benar luar biasa,” ujarnya.
Ya, Milan akhirnya juara Liga Champions musim 2002/2003. Di final, mereka menang adu penalti melawan Juventus.
Inzaghi berkata, gol kemenangan lawan Ajax tak lepas dari bantuan dewi fortuna. Jika Christian Chivu yang menjaganya tidak tergelincir, mungkin Inzaghi tak akan bisa memaksimalkan umpan dari Ambrosini.
“Saya memanggil Ambrosini ke peran yang lebih maju sehingga dia bisa membantu dalam serangan. Kami kehilangan Gennaro Gattuso dan Andrea Pirlo selama pertandingan,” ucapnya.
“Namun, yang benar-benar memungkinkan saya mencetak gol yaitu karena Chivu tergelincir. Saya mendapat momen yang tepat dan sangat berhati-hati. Karena saya tahu San Siro kadang-kadang licin. Permainan itu mengajarkan semua orang, sepak bola belum selesai sampai peluit akhir,” tutur pria yang akrab disapa Pippo.
Kini Inzaghi sudah pensiun. Jasa-jasanya selama membela Milan dari 2001-2012 akan terus dikenang oleh seluruh Milanisti dari berbagai penjuru dunia.