Namun di tengah tekanan dan kekecewaan, Morbidelli tetap menunjukkan mentalitas seorang profesional. Alih-alih menyalahkan tim atau kondisi teknis, ia mengakui bahwa Assen memang selalu menjadi tantangan personal baginya.
"Di sini saya selalu kesulitan, dan saya sudah tahu hal itu akan terjadi akhir pekan ini juga. Tapi kami kesulitan tidak separah yang saya kira, dan itu hal yang positif,” imbuhnya.
Balapan ini bisa menjadi peringatan: bahwa bahkan murid terbaik pun bisa terpeleset. Bahwa konsistensi bisa digoyahkan oleh satu sirkuit yang tak bersahabat. Tapi bagi Morbidelli, inilah waktunya untuk membuktikan bahwa kegagalan bukan akhir dari narasi.
Kini, ia mengalihkan fokus ke MotoGP Jerman 2025 di Sachsenring, sirkuit yang menurutnya lebih cocok untuk motor VR46. Ia berharap bisa bangkit, memperbaiki performa, dan membuktikan bahwa satu hasil buruk tak akan menggoyahkan mentalitasnya.
“Sekarang waktunya istirahat sebentar, dan bersiap untuk Sachsenring, itu sirkuit yang lebih cocok untuk kami,” tutupnya penuh tekad.
Ketika konsistensi jatuh, yang tersisa adalah karakter. Dan di Sachsenring nanti, Morbidelli akan menunjukkan apakah ia hanya murid, atau pewaris mental juara sang maestro, Valentino Rossi.