Lebih jauh, Dirgantara menuturkan bahwa pertemuan ini difasilitasi oleh federasi futsal dan PSSI untuk mencari sudut pandang bersama antara wasit dan pelatih. Tujuannya adalah menciptakan pemahaman dua arah yang konstruktif, sehingga insiden serupa bisa diminimalisasi di masa depan.
“Kami ingin diskusi ini bukan menjadi ajang penghakiman wasit oleh pelatih, tapi justru memberikan pemahaman tentang keputusan yang diambil di lapangan. Wasit punya sudut pandang yang berbeda dengan pelatih, karena mereka memimpin pertandingan dengan pandangan yang lebih luas dan terkoordinasi,” imbuhnya.
Dirgantara juga menekankan pentingnya edukasi peraturan bagi semua pihak. Dengan pemahaman yang sama, kesalahpahaman dan protes yang tak perlu bisa dikurangi. Ia percaya dengan adanya komunikasi yang terbuka, kualitas kompetisi PFL dapat terus meningkat.
“Kami memahami bahwa pelatih selalu ingin yang terbaik untuk timnya dan kadang kala menilai keputusan wasit merugikan. Namun, lewat forum ini kita bisa jelaskan bagaimana LoTG sebenarnya berjalan dan apa yang menjadi pertimbangan wasit,” katanya.
Pertemuan ini menjadi langkah strategis dalam memperbaiki ekosistem futsal di Indonesia. Ke depannya, diharapkan evaluasi semacam ini tidak hanya berlangsung sesaat, melainkan menjadi tradisi yang rutin guna meningkatkan profesionalisme wasit dan harmoni antar pelaku di lapangan.